Alamat:
Telap, Karang, Kec. Karangpandan, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah 57791
Kontak: 0882-2001-2016
melahirkan muslimah gemilang di usia belia
melahirkan muslimah gemilang di usia belia

Kami menyadari ada hal-hal yang berubah setelah kami masuk Madrasah Putri At-Taqwa. Dan orang-orang yang tidak pernah hidup di sini -- kemungkinan besar -- tidak akan merasakan yang kami rasakan.
Hai! Ini saya, Masvans.
Beberapa hari yang lalu, ketika bincang-bincang dengan teman sekelas saya, kami menyadari sesuatu. Kami menyadari ada hal-hal yang berubah setelah kami masuk Madrasah Putri At-Taqwa. Dan orang-orang yang tidak pernah hidup di sini — kemungkinan besar — tidak akan merasakan yang kami rasakan.
Apa saja hal-hal itu? Let’s go to the list!
As MPAT’s member, kita terbiasa oleh sebuah budaya di Madrasah Putri At-Taqwa yaitu menata sepatu. Selain ditaruh berjejeran dengan rapi, kita juga terbiasa langsung membalik sandal/sepatu menghadap luar agar nanti siap dipakai. Bahkan ketika kita berada di luar lingkungan madrasah, kami masih sering melakukan hal itu.
Jadi, ketika orang-orang melepaskan alas kaki secara asal-asalan di tempat umum, saya dan teman-teman akan refleks menata alas kaki kami.
Di Madrasah Putri At-Taqwa, kami belajar menjahit dan membuat pakaian di pelajaran tata busana. Kami lalu menyadari bahwa ternyata tidak semudah itu menjahit sebuah garis lurus tanpa miring-miring ke arah lain. Salah-salah, jahitan kami malah akan membentuk pola zig-zag tak beraturan.
Tapi, setelah belajar tata busana, kami juga jadi lebih sensitif terhadap kerapian suatu jahitan. Ketika melihat sebuah baju, kami sekarang akan memerhatikan seberapa lurus dan rapi jahitannya dan menilai baju dari hal tersebut (nggak 100% dari jahitan, tapi jahitan adalah poin penting penilaian). “Oh, pantas murah, jahitannya banyak yang nggak rapi,” komentar salah satu dari kami tentang suatu pakaian.
Selain mudah “judging jahitan”, saya juga dapat hal lain setelah belajar tata busana. Dulu, ketika melihat sebuah baju (entah yang sedang dipakai orang ataupun tidak) saya cuma lihat saja tanpa berpikir macam-macam. Paling hanya berkomentar selintas tentang modelnya.
Tapi sekarang, hampir setiap melihat baju, saya selalu memikirkan tentang pola jahitan dan cara membuatnya. Otak saya seperti secara otomatis berpikir, “Itu pola lengannya dilebarin dulu, lalu dijahit dan diberi karet. Terus kerahnya, dipasang kain dengan posisi begini, lalu dijahit di sisi satunya dengan dilipat…” dan sebagainya dan sebagainya. Padahal ya saya tidak berniat bikin baju dengan model yang sama.
Selain belajar tata busana, kami juga belajar tata boga. Di pelajaran ini, kami bertemu dengan banyak menu masakan serta bahan yang belum pernah atau jarang kami temui. Kami jadi belajar tentang aroma dan cita rasa khas dari suatu bahan atau teknik masak.
Jadi setelah belajar tata boga, kami sering menerka apa yang terjadi di balik rasa makanan yang kami santap. Seperti, “Oh, ini pakai kencur dan jahe!” atau “Ini direbus dulu biar empuk, baru digoreng. Soalnya rasa asli dagingnya banyak yang hilang.”
Tidak jarang kami berdiskusi tentang rahasia menciptakan rasa, aroma, atau tekstur terbaik, walaupun pada akhirnya nggak ada di antara kami yang mempraktikkan hal tersebut karena malas atau lupa, hehe.
Di Madrasah Putri Attaqwa, kami belajar tentang cara memotong dan merawat rambut di pelajaran tata rias. Setelah belajar di sana, ketika saya melihat model rambut seseorang, saya langsung terpikirkan tentang bagaimana gaya rambut itu terbentuk, “Itu nanti di-parting dulu jadi 6 bagian, di-trap bagian bawahnya baru baru atasnya dipotong papak tapi di-texturizing biar nyatu..” (gak belajar motong rambut gak bakal paham!)
Jadi, itulah 5 hal yang akan kamu alami kalau masuk Madrasah Putri Attaqwa. Keterampilan yang dipelajari emang banyak ngubah perspektif!
Gimana? Tertarik? Hehe.. siapa tahu kalian ngerasain hal yang sama!
ditulis oleh: Masvans